THE BAD BOYS OF AREMA - part 1

11.55 [Ai] Arema Indie 2 Comments



KERAS, itulah ciri khas permainan Arema. Keras, ngotot, dan tak kenal menyerah seperti yang ditunjukkan anak-anak Singo Edan dalam laga terakhir menghadapi Bontang FC, pantang menyerah hingga detik-detik akhir. Keras dalam hal ini bukanlah bermain kasar, karena setiap punggawa Arema harus mempunyai bekal teknik yang mumpuni untuk bermain keras tapi bukan mencederai lawan. Dan karakter keras ini ga dipunyai oleh setiap pemain bola, ada yang mempunyai gaya bermain cantik, ada yang mempunyai gaya mengandalkan speed, ada juga yang mempunyai gaya keras, terus menerjang tak kenal takuti emosi yang meluap-luap. Dan karakter yang terakhir inilah yang melekat pada beberapa pemain Arema, dan mereka ini adalah ikon Arema, pahlawan bagi Aremania baik karena jasanya terhadap Arema dan juga karena aksi-aksinya.

THE BAD BOYS
Inilah tiga pemain yang di anggap sebagai ikon Arema, karena karakter kerasnya, karena emosinya yang meluap-luap dan juga karena kontroversi yang menyertainya sehingga sempat dianggap sebagai pemain bermasalah dengan label "not recommended" oleh PSSI.

Pacho Rubio
Francisco "Pacho" Rubio adalah legenda Arema asal Chile, datang ke Arema bersama saudaranya Juan Rubio.  Kiprahnya bersama Arema memang tergolong singkat. Total ia mampu mencetak 10 gol sejak hadir di bumi Arema mulai putaran II Liga Indonesia 2000 (termasuk 3 gol yang dicetak Pacho Rubio dalam 2 pertandingan di babak 8 Besar di Senayan) Kiprahnya bersama Arema di babak 8 besar tersebut menjadi momen emasnya bersama Arema. Bersama Rodrigo Araya dan Juan Rubio memperkuat Arema. Dengan diiringi lebih dari 10 ribu Aremania, skuad Arema bermain heroik dengan mengalahkan Persija Jakarta (2-1), seri melawan Persikota (1-1). Sayangnya langkah Arema terhenti setelah menelan kekalahan telak melawan Pelita Jaya Solo. Hebatnya Pacho yang tergolong bukan pemain jangkung, mampu menghasilkan gol dari tandukan kepalanya hasil dari hasil assist dari Rodrigo Araya. Sayangnya kiprah gemilangnya harus terhentii oleh skorsing seumur hidup PSSI dan membuyarkan harapan Aremania untuk melihat aksi Pacho lebih lama di pentas sepakbola Indonesia.

Ketika itu PSSI jaman Agum Gumelar, Komisi Disiplin yang diketuai Andi Darusalam Tabusalla menganggap tindak-tanduk Rubio seringkali tidak terpuji dan berpengaruh jelek pada perkembangan sepak bola Indonesia. Dan puncak dari ulah Rubio, menurut Tabusalla, terlihat pada babak 8 Besar Liga Bank Mandiri di Jakarta saat itu. Selain sering memancing emosi lawan dengan kata-kata kasar, Rubio juga memukul penyerang Persikota, Simamo A Basille, di Senayan. Ketika itu hari Kamis (13/7), Arema yang tidak diperkuat Rubio karena cedera, baru saja dikalahkan Pelita Solo 0-3. Rubio tiba-tiba memukul Basille yang berjalan di lorong bawah stadion di sekitar ruang ganti pakaian pemain. Saat itu, Basille dan pemain Persikota hendak menuju lapangan untuk bertanding melawan Persija Jakarta.
 
Sehari sebelum kasus pemukulan Basille itu, Pacho sempat mengutarakan kekesalannya terhadap Basille di kora Kompas. Ia meyakini Basille sengaja mengganjalnya ketika Arema lawan Persikota. Akibat tackling Bassile itu, Pacho harus mengalami cedera kaki kanan dan harus beristirahat selama 15 hari. "Dia sengaja melakukannya. Bagaimana seorang yang profesional dapat berbuat seperti itu. Pemain itu tidak melihat di belakang saya ada istri dan anak yang harus diberi nafkah," beber Rubio.

Walaupun kiprahnya tergolong singkat di Arema, Pacho tetap adalah ikon bagi Aremania. Simbol yang melambangkan mental pejuang, pekerja keras dan tak kenal takut demi harga diri Arema. (bersambung)

2 komentar:

  1. Kipa ilakes sam analisa sampean. Nyuwun ijin copas sam yoooooooo........
    KT 5454 JI

    BalasHapus