UNITE IN ONE SOUL

01.33 [Ai] Arema Indie 0 Comments


TAHUN 2011, seolah-olah menjadi tahun sial bagi Arema. Betapa tidak, tahun lalu 2010 Arema adalah rajanya sepak bola di Indonesia dengan menjadi jawara Liga super Indonesia, namun kini kebalikannya. Berbagai rentetan Episode yang tak menyenangkan terjadi terhadap Arema, hingga kini nyaris terpecah-belah dengan berbagai konflik internal, krisis finansial, hingga menurunnya mental pemain yang berujung permainan dilapangan yang tak maksimal..

2011 dtandai dengan lahirnya Liga Primer Indonesia (LPI), sebuah kompetisi tandingan dari Liga Super Indonesia (LSI) yang digagas oleh Bos Grup Medco, Arifin Panigoro. Tercatat 3 klub LSI memilih untuk hijrah ke kompetisi  yang katanya lebih profesional ini, 3 klub tersebut yaitu Persema, Persibo dan PSM. Berkurangnya jumlah peserta di liga praktis mengurangi jumlah pertandingan di LSI, dan bagi Arema yang mengandalkan sebagian pendapatan dari tiket pertandingan hal ini cukup merugikan. Derby Pride of Ngalam, yang digadang-gadang bakal meghasilkan pendapatan 1 Milyar lebih akhinrya gagal. Dari LPI ini juga, perpecahan di internal terjadi hingga seolah-olah ada 2 kubu yang berbeda haluan tapi sama-sama mempunyai kewenangan mengelolah Arema.Yaitu M Nur, Ketua Yayasan  sekaligus plt Direktur PT. Arema Indonesia yang ujug-ujug muncul dalam acara deklarasi LPI, sehingga LPI sempat mengklaim Arema sebagai salah satu pesertanya. Namun Abriadi Muhara selaku Pelaksana Harian Arema membantahnya, dan mengatakan bahwa M Nur dah lama ga aktif di Arema. Ketertarikan pihak LPI terhadap Arema sempat menjadi polemik hingga menimbulkan kegeraman Aremania untuk bersuara untuk menolak LPI.

Awal 2011 juga menjadi awal dimulainya putaran kedua LSI dan juga Liga Champion Asia. Namun disinilah episode kesialan dimulai, karena krisis finansial yang lama diderita Arema mulai mengganggu kinerja anak-anak Arema. Sepulang dari melakoni laga di Osaka, Along cs sempat melakukan mogok bertanding, seharusnya mereka dari Jepang langsung menuju Jayapura untuk melanjutkan jadwal Putaran Kedua LSI, tapi malah balik ke Malang. Tanpa persiapan matang, kurang latihan, ditambah waktu yang mepet, hingga pada akhirnya mental bertanding punggawa Singo Edan ga bisa100%, dan hasilnya kalah melulu di Tanah Papua. Episode kekalahan Arema pun semakin menjadi-jadi kala melakoni laga Champion Asia, Arema hanya sempat menahan seri Shandong Luneng di kanjuruhan, selebihnya adalah, kalah dan kalah lagi. Krisis finansial yang mendera Arema yang tak kunjung usai dan terselesaikan memang mengikis persiapan dan konsentrasi anak-anak Arema. Ditambah dengan berkurangnya Animo Aremania yang hadir untuk mendukung Arema di Champion Asia menambah beban Zulkifli dkk untuk melawan tim-tim jawara dari Asia Timur. Beberapa kali, pertemuan, beberapa kali janji, beberapa kali dapat sponsor, sumbangan dari Aremania hingga Program Tiket Tanpa Nonton, tapi semua itu masih belum cukup mengobati Singa yang lagi terluka.

Puncak dari Episode kesialan dan kekalahan Arema adalah saat-saat ini, ketika manajemen mengakui menyerah dan angkat tangan karena tak mampu mengelola Arema. Utang yang menumpuk dari gaji pemain, pelatih hingga pegawai yang lom terbayarkan, terlalu berat bagi manajemen untuk menanggulangi. Dan diputuskan untuk menjual Arema ke Investor dengan kisaran harga 30 M secara lelang. Beberapa perusahan kelas kakap, calon investor potensial pun dikabarkan mulai tertarik seperti dari MNC Grup, Bakrie Grup, Medco Grup hingga Yanmar. Namun kenyataannya hingga saat ini, lom ada satupun investor yang ssecara resmi mengambil alih manajemen Arema. Kondisi internal manajemen Arema sendirilah yang ditengarahi menyebabkan Investor enggan dengan segera mengambil alih Arema. Konflik di internal manajemen yang melibatkan nama M Nur, dan kosongnya berbagai pos dijajaran manajemenn mendesak untuk dibenahi sebagai jalan Invesor untuk masuk. Karena tanpa manajemen dibenahi, percuma siapapun Investornya, berapapun duitnya, Arema pasti ga akan lepas dari bayang-bayang krisis finansial lagi

Arema yang pada akhir putaran pertama mampu bertengger di posisi 2 klasemen sementara, kini turun ke peringkat 5 di gusur oleh Persija, Persisam dan Semen Padang. Seperti halnya nasib dunia persepakbolaan Indonesia yang berada di ujung tanduk, begitu juga Arema. Kita semua tau Arema bukan sekali atau dua kali mengalami krisis seperti ini, namun kini bukan waktunya kita berdiam diri. Gelorakan semangatmu, suarakan nyayianmu, gerakkan tubuhmu, Ayo dukung Arema sepenuh satu jiwamu. Tunjukkan Kita masih ada, dimanapun dan apapun keadaan Arema sekarang. Nawak-nawak pasti merindukan melihat aksinya, dan pasti Merekapun merindukan dukungan Kita. Sebulan lamanya kita tak melihat Singa-singa bola Arema berlaga, mari teriakkan namanya bersama-sama, nanti tanggal 29 Mei 2011. BANGKIT AREMA!!!

Siapapun Dirimu, Dimanapun Dirimu
Jika Umak Mengaku Sebagai AREMA, AREMANIA dan AREMANIA
Saatnya Kita Bersatu, Bersatu Dalam Satu Jiwa
UNITE IN ONE SOUL

Salam Satu Jiwa

0 komentar:

JIKA AREMA MERASA SENDIRIAN DI KANJURUHAN

20.47 [Ai] Arema Indie 2 Comments


MUSIM kemarin, 2009/2010 bisa dikatakan masa keemasan Arema dan Aremania, karena disaat itulah Arema berhasil merajai pentas Liga Indonesia dengan meraih Juara Liga Indonesia untuk pertama kalinya. Dan dimusim itu juga para pemain Arema yang sebelumnya ga dikenal menjadi naik daun dan beberapa terpilih masuk skuad Timnas Garuda, menjadi dikenal diseluruh Indonesia. Itu semua tak lepas dari jasa mantan pelatih Robert Rene Albert yang gemar memainkan bibit muda potensial yang ada daripada mencari bintang yg udah mapan. Saat itu serasa terbayarkan semua kerja keras dan loyalitas Aremania yang tak kenal lelah mendukung Arema. Hal ini tercermin kala pertandingan terakhir musim lalu, ketika puluhan ribu Aremania dari berbagai penjuru Indonesia tumplek blek di Senayan. Bagaikan pesta Aremania  disana.

Namun saat ini di Musim 2010/2011, Arema seakan berat untuk mempertahankan mahkota juara yang diraihnya musim lalu itu. Walaupun sampai saat ini Arema belum terkalahkan di kandang pada pentas Liga, tapi itu ga cukup jika ingin mempertahankan gelar. Karena selain dibutuhkan konsisten di dalam kandang, untuk jadi juara harus mampu meraih poin dikandang lawan. Oleh karena itu beberapa kekalahan kemarin dikandang Pelita dan Semen Padang membuat langkah arema semakin berat mengejar rival2nya. Walaupun dengan dalih padatnya jadwal  yang g membuat Arema kalah, tetapi seharusnya Arema bisa lebih dari itu jika ingin tetap bersaing dipapan atas. Selain berat mempertahankan gelar juara di liga domestik, Arema secara meyakinkan juga tersingkir secara menyakitkan di Ajang Liga Champion Asia. Walaupun saat perandingan pertama Arema cukup mengejutkan lawannya tim2 jawara di liga Asia, namun akhirnya kualitas dan mental juara berbicara. Secara menyakitkan Arema harus jadi lumbung gol baik saat tandang maupun laga kandang di Kanjuruhan.

ULTRAS CEREZO BOYS di tribun VIP Kanjuruhan
 Puncaknya kemarin, ketika Arema dipermalukan Cerezo Osaka di kanjuruhan dengan 4 gol tanpa balas. Selain Arema dipermalukan kalah oleh Srigala dari Osaka, Arema juga dipermalukan dengan sedikitnya Aremania yang hadir sehingga para  punggawa Arema merasa sendirian seperti main dikandang lawan. Tercatat pada laga Selasa kemarin itu, hanya ada sekitar 3 ribuan penonton, ini adalah rekor penonton Arema paling sepi di laga resmi sejak Arema berdiri. Dari 3 ribu penonton, sekitar 1300an adalah dari suporter Cerezo Osaka yang terdiri dari belasan suporter Cerezo yang menamakan diri sebagai Ultras Cezero Boys yang datang langsung Jepang dan 1200an karyawan Perusahaan Yanmar yang dimobilisasi dari Pabrik2 Yanmar di Pandaan dan Bogor. Sedangkan Aremania yang hadir di Kanjuruhan saat itu hanya sekitar 1700an. Padahal saat konferensi pers bersama antara Arema dan Cerezo sebelum pertandingan, Janu dah menegaskan bahwa anak2 Arema membutuhkan kehadiran Aremania untuk menaikkan motivasi saat lapangan. "Aremania datanglah ke Stadion..." pinta Miro saat di konferensi pers tersebut.

Selain mengeluhkan minimnya Aremania yang hadir, pemain Arema juga mengeluhkan tingkat partisipasi manajemen dalam mendampingi anak2 Arema saat bertanding. Menurut salah satu pemain, bahwa sejak laga tandang ke markas Pelita ga ada perwakilan manajemen yang mendampingi. Usai bertanding kontra Cerezo, pemain sekelas Zulkifli Syukur pun meluapkan uneg2nya ke Twitter. Dalam akun Twitternya Zulkifli menulis, “Pengurus tidak datang, Aremania sedikit yang datang, kami seperti bermain di kandang lawan." Apakah ini tanda2 ada perpecahan di manajemen dan juga tanda2 menurunnya loyalitas Aremania terhadap Arema?

Saling Membutuhkan
Seperti itulah hubungan Arema dan Aremania, satu sama lain adalah saling membutuhkan. Ibaratnya  Arema ga akan berarti jika tanpa hadirnya Aremania dan Aremania ga akan ada jika ga ada Arema. Aremania datang ke Stadion untuk memberikan dukungan, motivasi juga semangat, serta dari tiket Aremania yang hadir pula Arema dihidupi. Sedangkan Arema membalasnya dengan bermain dengan sepenuh hati dan mempersembahkan kemenangan untuk Aremania. Sesuai apa yang diungkapkan Roman Chmelo saat konferensi pers, sebelum laga menjamu Cerezo, "Kami bermain untuk Aremania yang sudah mendukung kami sepanjang musim ini, sehingga kedatangan Aremania ke Kanjuruhan sangat berarti kepada kami. Pride (kebanggaan) untuk menang dan menyenangkan Aremania akan membuat kami termotivasi melakukan kerja keras untuk memenangkan pertandingan, tidak ada kata menyerah" tegas pemain yang dijuluki CR9 ini.

Namun apa yang terjadi jika Arema bermain di Kanjuruhan tapi merasa sendirian, seperti itulah yg terjadi ketika Arema menjamu Cerezo kemarin. Arema tampil tanpa didampingi oleh perwakilan manajemen dan juga puluhan ribu pendukung setianya. Kanjuruhan yang biasanya biru dan riuh oleh aksi kreatif Aremania, namun pemandangan kontras terjadi ketika tribun di Kanjuruhan terlihat kosong melompong. Alhasil Anak2 Arema pun bermain seperti Singa kurang darah, dan Aremania yang hadir kalah semangat oleh Ultras Cerezo Boys yang terlihat lebih terorganisir dari atribut hingga mobilisasi (maklum soalnya mereka disponsori perusahaan besar). Motivasi anak2 Arema saat itu seperti mati, jauh berbeda seperti saat Arema tandang di markas Cerezo di Osaka yang tampil impresif. Dan akhirnya hasilnya adalah antiklimaks bagi Arema. Janu pun mengaku sangat kecewa atas hasil yang diraih, namun Ia tak mau menyalahkan anak2 asuhnya yang sudah berjuang sekuat tenaga. "Kita semua berharap bisa bermain maksimal, tapi kita kayak main di kandang lawan, coba lihat Pengurus Arema tidak datang, Aremania sedikit. Kita bermain untuk siapa?" keluh Janu.
Dukungan penuh Aremania kala Arema menjamu Jeonbuk, sayang harus berakhir dengan kekecewaan
Indikasinya Berkurangnya dukungan Aremania dimulai ketika Arema kalah dari Jeonbuk, saat itu ekspektasi Aremania  begitu besar untuk melihat Arema menang atas wakil Korea tersebut. Puluhan ribu Aremania yang sudah memenuhi Kanjuruhan pun terpaksa kecewa, ketika Arema malah dipecundangi dengan 4 gol tanpa balas oleh Jeonbuk. Tampak jelas kekecewaan Aremania kala itu, ditunjukkan dengan aksi beberapa oknum Aremania yang melakukan pembakaran sampah di tribun seusai laga dan sempat bersitegang dengan pihak keamanan. Setelah laga tersebut,  Aremania ga pernah memenuhi Kanjuruhan terutama pada laga di kompetisi Champions Asia.

Dari indikasi tersebut, bisa disimpulkan inilah ujiannya sebenarnya. Apakah Aremania hanya mau mendukung Aremania jika menang saja? Apakah Loyalitas Tanpa Batas, hanya sebatas jargon belaka? (pertanyaan yang hanya bisa jawab oleh Aremania sendiri)

Beberapa nawak beralasan bahwa, sepinya Kanjuruhan saat itu adalah karena hari itu (selasa) adalah hari kerja, bukan akhir minggu. Saat itu juga bertepatan dengan hari ujian sekolah bagi nawak Aremania Halokes, dan juga ada juga yang bilang lagi kanker (kantong kering). Apapun alasannya, pemain Arema juga manusia, butuh perhatian dari manajemen dan Aremania. Hadirnya wakil manajemen dan dukungan Aremania adalah wujud dari perhatian itu. Selain itu akibat minimnya Aremania yang datang ke Kanjuruhan, pendapat dari tiket juga ikut berkurang. Hal ini diprediksi bakal menimbulkan kesulitan disaat Arema melakukan away ke markas Jeonbuk Hyunday Motors di Korea nanti.

Tapi harapan itu masih ada, jika di LCA Arema dah tersingkir dan di Liga peluang mempertahankan juara menipis. Arema masih berkesempatan mengadu nasib di pentas Piala Indonesia. Sebelum pentas Piala Indonesia bergulir ada baiknya Kita berbenah diri. Lupakan suporter terbaik, lupakan suporter terbesar, lupakan suporter terkreatif, karena nyatanya Aremania  sama dengan suporter didaerah lain...  Sama Rasisnya, sama lagunya, sama goyangannya, dll.. Lebih baik Kita berkonsentrasi bagaimana mendukung Arema lebih baik lagi, bagaimana meningkatkan motivasi pemain dan menyelamatkan tim kebanggaan kita dari keterpurukan.

Inilah saatnya kita gemakan lagi, dimanapun saat Arema bermain :
“Satukan Tekadmu, Kobarkan Semangatmu, Kami Aremania Selalu Mendukungmu!”
Jangan biarkan Arema merasa sendirian lagi!

Salam Satu Jiwa

2 komentar:

NYATAKAH UNIVERSALITAS AREMANIA?

12.35 [Ai] Arema Indie 5 Comments

Lautan Aremania saat di Senayan, ketika itu Aremania dari seluruh penjuru Indonesia menyerbu Jakarta. Baik Aremania dari asli Malang, Perantauan, ataupun Aremania bukan asli Malang.

KETIKA membaca artikel aremasenayan.com yang berjudul Universalitas Aremania saya tertarik dengan kalimat ini.
“Ono malah sing kadit osi ngomong owoj tapi gak pernah absen ke stadion setiap arema Niam. Di luar Malang, bahkan ada yang tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Malang, namun bangga beridentitas sebagai Aremania.
Kenapa saya tertarik? Mungkin ini bisa menjadi salah satu bukti dari universalitas Aremania. Ya, karena saya bukanlah orang asli Malang. Saya justru lahir di Bandung dan besar di Pekanbaru, Riau. Saya sempat menggemari Persib Bandung dan PSPS Pekanbaru. Terutama ketika PSPS membentuk The Dream Team di awal-awal tahun 2000-an.(FYI, umur saya sekarang 19) Namun, saya tidak menemukan sesuatu yang membuat saya benar-benar setia terhadap dua tim itu. Kemudian perhatian saya tertarik kepada sebuah tim, yaitu Arema.  Apa yang membuat saya tertarik dengan Arema? Kebetulan saya mempunyai kakak laki-laki yang kuliah di Malang. Dari dialah saya menerima cerita-cerita mengenai Arema. Dan tahukah apa yang selalu diceritakan? Tentang AREMANIA. Itu lah yang membuat saya mulai tertarik dengan Arema. Kreatifitas serta keloyalitasan Aremania yang terus diceritakan oleh kakak saya itu seolah menyita perhatian saya. Memang benar apa yang ditulis di artikel tersebut bahwa yang menjadi magnet warga luar Malang ada 3 faktor,

·  Kreatifitas Aremania. Dalam setiap laga kandang dan tandang, dimana Aremania selalu memberikan dukungan dalam bentuk atraksi yang menarik, nyanyian dan lagu2 yang memberikan semangat dan menghibur, tarian yang atraktif.
·  Sportifitas Aremania. Kalah dan menang adalah bagian dari permainan, dan setiap kemenangan adalah kado terindah bagi Aremania, sedangkan kekalahan bukanlah menjadi alasan untuk membuat ulah dan kerusuhan seperti yang dilakukan beberapa kelompok suporter lain dan uniknya, media seolah-olah sangat hobi sekali untuk mengekspose hal hal semacam ini (kerusuhan suporter) dibanding persahabatan suporter.
·  Pesan Damai. Aremania selalu membuka tangan lebar-lebar bagi siapapun suporter team Tamu yang berkunjung ke Malang. Dan hal ini tentunya berbalas dengan sambutan meriah mereka jika Aremania berkunjung. Lambat laun, hal ini menjalin persahabatan yang semakin meluas, sehingga hampir di semua tempat di negeri ini, Aremania adalah sahabat yang baik. Mereka datang dengan damai, membeli tiket dengan tertib, dan pulang tanpa meninggalkan jejak kerusuhan.

Saya mulai menonton Arema berawal saat final Copa Indonesia 2005, saya melihat aksi Firman Utina sampai sekarang yang saya sepertinya telah benar-benar cinta mati pada Arema. Saya tidak bisa berbahasa jawa namun saya bisa mengerti saat orang berbicara jawa. Saya pernah ke Malang, namun saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Gajayana ataupun Kanjuruhan. Namun, saya benar-benar bangga beridentitas Aremania.

Saya sempat bergabung dengan Aremania Pekanbaru dan nawak-nawak yang semua memang asli Malang menerima saya dan menempatkan saya sebagai saudara mereka juga. Padahal terhitung saya bukan asli ngalam dan saya tidak bisa berbahasa jawa. Sekarang saya berada di Jakarta, saya ingin sekali bergabung dengan saudara-saudara saya yang bergabung di Arema Senayan. Namun keterbatasan waktu dan transportasi terus menghalangi saya untuk bergabung dengan mereka yang sudah saya anggap saudara meski belum pernah bertemu. Sekarang, yang saya tanyakan. Apakah kalian, Aremania yang benar-benar asli Malang bisa betul-betul menerima orang-orang seperti saya, Aremania yang bukan asli Ngalam? Apakah nantinya kalian bisa memperlakukan kami dengan hangat seperti ketika kalian saling bertemu sesama Kera Ngalam?

Kalau terbukti bisa, maka universalitas Aremania pun semakin benar adanya. Rasa cinta saya pun akan semakin besar dan saya menjadi semakin yakin dengan slogan "Salam Satu Jiwa" yang diiringi dengan perbuatan nyata, virus persatuan serta jiwa dan semangat Aremania mampu mempengaruhi seantero negeri yang kita cintai ini.

Salam Satu Jiwa, Arema Indonesia

Oleh: Rizki Prasetyo Hutomo
FB : http://www.facebook.com/oomrizki

5 komentar: